24 Nov 2016

Kuliner Bali: Nasi Jinggo



Bagi pendatang yang pertama kali menginjakkan kaki di Bali, pasti akan sering melihat makanan ini dijajakan di pinggir jalan. Hal ini juga yang saya alami saat pertama kali menginjakkan kaki di Bali. Saya sering melihat banyak pedagang yang menjajakan makanan ini di pinggir jalan dengan menggunakan sepeda motor atau meja kecil pada pagi atau malam hari.

Pada awalnya saya merasa penasaran dengan makanan ini karena bentuk bungkusannya yang berbentuk kerucut. Setelah saya bertanya kepada penjual makanan ini, barulah saya mengetahui bahwa makanan tersebut bernama NASI JINGGO, salah satu nasi bungkus khas Pulau Dewata. Jika Yogyakarta terkenal dengan Nasi Kucing-nya maka Bali terkenal dengan Nasi Jinggo-nya.

Asal muasal nama Nasi Jinggo ini sendiri memiliki beberapa versi ceritanya. Versi pertama menyebutkan pada tahun 1970-1980an ada sepasang suami istri yang menjadi pelopor pertama yang menjual nasi bungkus tersebut dan nama penjualnya adalah Pak Jinggo, sehingga nasi bungkusnya dinamai Nasi Jinggo. Versi lain menyebutkan, kata Jinggo berasal dari bahasa Hokkian "jeng go" yang berarti Rp. 1.500 karena harga sebungkus Nasi Jinggo pada masa sebelum krisis moneter adalah masih sekitar Rp. 1.500.

Sedangkan versi lainnya menyebutkan banyak pedagang di daerah Pasar Kumbasari Denpasar yang beroperasi selama 24 jam, yang membutuhkan makanan untuk pengganjal perut saat malam tiba. Melihat kebutuhann ini, ada sepasang suami istri yang mengkreasikan nasi bungkus menjadi Nasi Jinggo seperti yang banyak dijual sekarang ini. Berdasarkan versi ini, warung Nasi Jinggo pertama berada di Gang J yaitu Gang Jinggo, maka dari situlah nama Jinggo digunakan pada nasi bungkus ini. Namun kebenaran dari ketiga versi tersebut masih belum dapat diketahui secara pasti.


Bagi para pendatang dari pulau Jawa mungkin lebih mengenal kuliner khas Bali ini sebagai nasi bungkus namun dengan kemasan yang berbeda dari biasanya. Nasi Jinggo sendiri disajikan dengan cara pengemasan yang cukup unik yaitu dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Namun banyak juga yang menggunakan kertas nasi.

Bungkusan Nasi Jinggo memiliki bentuk seperti kerucut dan di dalamnya berisi nasi putih atau nasi kuning serta beberapa lauk seperti ayam sisit (ayam suir) / ikan laut / daging sapi / daging babi, mie/bihun, saur (serundeng kelapa), serta sambal. Biasanya penjual Nasi Jinggo menyediakan dua pilihan sambal, yaitu sambah merah atau sambal hijau yang sama-sama pedas mantap.

Satu bungkus Nasi Jinggo sudah cukup mengenyangkan untuk dijadikan sarapan ataupun untuk makan malam, namun bagi anda yang memiliki porsi makan cukup besar sepertinya akan membutuhkan lebih dari satu bungkus Nasi Jinggo.

Selain mengenyangkan, makanan ini juga relatif terjangkau untuk semua kalangan. Harga sebungkus Nasi Jinggo yang berisi nasi serta lauk dan sambal ini ternyata dijual dengan harga mulai dari Rp. 5.000 saja. Olala, hari gini jarang sekali dengan Rp. 5.000 bisa makan nasi dan lauk yang mengenyangkan--apalagi kalau kalau sudah tanggal tua, sepertinya Nasi Jinggo bisa jadi makanan andalan selain mie instan :D

Jadi tidak perlu bingung-bingung lagi kalau kantong lagi kering tapi perut sudah memanggil untuk diisi , silakan mampir ke penjual Nasi Jinggo terdekat di daerah anda. Dijamin bisa menangkis lapar perut kamu.


Kamu bisa cari Nasi Jinggo di lokasi-lokasi berikut :
  • Nasi Jinggo Simpangan, Jl. Uluwatu No. 109, Jimbaran. Open 19.00-01.00.
  • Nasi Jinggo Babi Kecap Jik Elle, Jl. Tukad Irawadi No.18, Denpasar. Open 08.00-23.00.
  • Nasi Jinggo Rendang Sutoyo, Jl. Sutoyo No.42, Denpasar. Open 10.00-18.00.
  • Nasi Jinggo Sambal Raja Roa, Jl. Pulau Batanta No.11, Denpasar. Open 07.00-21.00.
  • Warung Bandrek & Nasi Jinggo, Jl. Raya Kuta No.27, Badung. Open 18.00-01.30.
  • Pedagang kaki lima dekat Pasar Kuta, Jl. Raya Kuta.
  • Pedagang kaki lima sepanjang Jl. Pattimura / Jl. Mataram, Kuta.
  • Pedagang kaki lima sepanjang Jl. Nakula.
  • Pedagang kaki lima sepanjang Jl. Raya Kerobokan, Jl. Gunung Tangkubanperahu, Kerobokan
  • Pedagang kaki lima di beberapa jalan di Denpasar

#JaenIdupDiBali

Ini bukan guide untuk wisatawan.
Ini guide bagi perantau, backpacker dan turis ber-budget yang tinggal di Bali.
Ini adalah wadah para pendatang bertukar info tentang Bali.

*) Jaen idup di Bali = Enak hidup di Bali!

Recent

Random